Diagnosis Mikroskopik dan Molekuler FRAXA dan FRAXE pada Anak dengan Gangguan Perkembangan

Tahun 1999 Volume 34 Nomor 4
Oleh :

Sindrom fragile X atau sindrom fragile XA (FRAXA) adalah penyakit retardasi mental X terangkai (XLMR) yang berkaitan dengan fragile site pada ujung akhir lengan panjang kromosom X Kelainan tnt disebabkan oleh perluasan trinukleotida CCC repeat pada 5’ regio tak terjemahkan gen FMRI yang terletak pada lengan panjang kromosom X pita 27.3 . Sindrom fragile XE (FRAXE) adalah bentuk lain XLMR yang berkaitan juga dengan fragile site dan disebabkan oleh perluasan trinukleotida GCC repeat pada regio tak terjemahkan gen FMR2 yang terletak 600 kb kearah telomer dari gen FMRI.
Tujuan penelitian ini  adalah untuk mengetahui apakah FRAXA dan FRAXE merupakan kondisi klinik yang ada di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab retardasi mental ringan pada anak-anak.
Uji saring sindrom fragile X dilakukan terhadap 237 anak laki-laki dengan gangguan perkembangan di 6 Sekolah Luar Biasa di 3 kota dan 76 anak dengan gangguan perkembangan di 3 daerah pedesaan di Pulau Jawa.
Deteksi fragile site dengan analisis sitogenetik telah dilakukan pada semua sampel. Analisis molekuler untuk FRAXA dilakukan dengan hibridisasi Southern blot pada DNA yang telah dicerna dengan ensim retriksi PstJ. PCR digunakan untuk mengetahui jumlah trinukleotida CGG repeat pada semua anggota keluarga dan anak dengan sindrom fragile XA. Trinukleotida GCC repeat atau besarnya alel pada gen FRAXE Juga diperiksa dengan analisis PCR.
Pada penelitian ini dilaporkan untuk pertamakalinya mutasi gen FRAXA pada anak-anak dengan gangguan perkembangan di Indonesia. Secara mikroskopik ditemukan penderita sindroma fragile X4 pada 3 keluarga di mana mutasi fragile X pada masing masing keluarga tersebut berasal dari kakeknya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sindrom fragile XA merupakan suatu kondisi klinik yang ada di Indonesia dan dapat didiagnosis dengan menggunakan kriteria yang telah dipublikasi sebelumnya. Prevalensi sindrom fragile XA adalah 1,6 sampai 2% pada anak-anak dengan gangguan perkembangan. Tidak ada anak dengan sindrom fragile XE yang dapat diidentifikasi di sini dan ini menunjukkan bahwa prevalensinya di Indonesia mungkin sangat rendah, sebagaimana dilaporkan oleh pusat-pusat kedokteran di mancanegara.

The fragile X syndrome or fragile X syndrome (FRAXA) is X-linked mental retardation (XLMR) associated with afragile site at the end of long arm chromosome X and caused by expansion of a CGG trinucleotide repeat array in the 5 untranslated region of the FMRI gene at Xq27.3. Fragile XE syndrome (FRAXE) is other XLMR associated with a fragile site on the X chromosome and caused by an expansion of a GCC trlnucleotide repeat in the 5 ‘UTR of FMR2 gene located 600 kb telomeric to FMRI.
The aims of the study were to determine if FRAX4 and FRAXE exist as clinical conditions in Indonesia and etiologically significant contributors to the population of children with mild mental retardation.
This study describes the first report of the FRAXA mutation in children with developmental disability (DD) in Indonesia. Screening for fragile X syndrome was undertaken in 237 DD males attending six special schools in Central Java and 76 mildly mentally retarded males from villages.
Fragile sites were detected using cytogenetic study for all samples. Molecular analysis for FRAXA was by Southern blot hybridization of Pst I restriction enzyme digested DNA. Polymerase Chain Reaction (PCR) was used to determine the number of CGG repeat, for all available Fragile Xfamily members. The GCC repeat number or allele size in the FRAXE gene in all samples were ascertained using PCR analysis.
The results of microscopically studies identified affected fragile XA children in three families. The fragile XA mutation was from
grandfathers in all three families. It has been shown that fragile XA syndrome exists as a clinical condition in Indonesia and is readily diagnosed using published criteria. The prevalence offragile XA syndrome is approximately 1. 6%-2% among children with DD. No children with fragile XE syndrome were identified, suggesting that the prevalence of this condition is low in the Indonesian population, consistent with reports from other centers.