Patogenesis Dasar-dasar Pengelolaan Sepsis dan Syok Septik

Tahun 1998 Volume 33 Nomor 2
Oleh : Soeharyo Hadisaputro

Sepsis, sindroma sepsis dan syok septik samapi sekarang masih menjadi masalah, karena merupakan salah satu penyebab kematian yang mencolok di tempat pelayanan kesehatan baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini mungkin disebabkan karena cara pengobatan yang adekuat belum jelas, masih banyak studi-studi yang ingin menjelaskan patofisiologi sepsis hubungannya dengan penatalaksanaan .

Istilah sepsis sering kali dikacaukan dengan bakteremi, septikemi, sindroma sepsis dan syok septik. Hal ini sangat membingungkan, oleh karena itu Bone (1991) memberikan batasan yang intinya bahwa sepsis adalah adanya mikroorganisme / toksin yang dihasilkan dalam sirkulasi, yang gejala klikiknya : takipne, takikardi, hipertermi / hipotermi. Bila disertai juga kurangnya perfusi jaringan dianggap sindroma sepsis, bila disertai hipotensi akan berkembang menjadi syok septik. Sepsis / syok septik pada umumnya disebabkan oleh kuman gram negatif (30 – 80%), walaupun dapat juga akibat gram positif (15 – 24%). Bakteri penyebab sepsis mengeluarkan toksin, baik endo maupun eksotoksin. Endotoksin, merupakan komponen lipopolisakarida (LPS) dan eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri tertentu merupakan pencetus terjadinya cascade. Cascade tersebut akan melepaskan berbagai macam mediator endogen, misalnya : tumor necrosis factor (TNF), interleukin-1 (IL-1), IL-2, IL-6, IL-8 da platelet activating factor (PAF), yang berasal dari sel fagosit (sel plasma, monosit, makrofag, neutrofil dan sel endotel).

Tujuan penatalaksanaan sepsis / syok septik adalah (1) menghilangkan kuman penyebab, (2) mengembalikan perubahan hemodinamik, (3) memulihkan fungsi organ tubuh yang terganggu. Untuk mencapai tujuan di atas beberapa hal yang perlu dikerjakan adalah (a) Pemberian antibiotika yang cepat dan tepat (b) menghilangkan sumber infeksi dengan cara drainase eksudat, eksisi jaringan nekrosis dan lain-lain (c) menghilangkan perubahan kemodinamik dan pemulihan perfusi jaringan dengan cepat, memberikan cairan adekuat, kartikosteroid (masih kontroversial), obat vasoaktif (d) pemulihan fungsi organ tubuh vital (e) pemberian antibodi terhadap mediator dan endotoksin, terutama TNF alfa dan interleukin-1 (IL-1) cukup menjanjikan dan (f) terapi penunjang lain, termasuk nutrisi dan monitoring yang cermat.