Clonidine per Oral sebagai Premedikasi Alternatif untuk Menurunkan Tekanan Intrakulerr pada Ekstraksi Katarak
Tahun 1999 Volume 34 Nomor 3
Oleh : Abdul Madjid, Norma D Handojo
Staphylococcus aureus merupakan penyebab dan heragam pen yakit yang mempunyai rentang gejala mulai dart infek pada luka yang terlokalisir, sampai dengan infeksi sistimik yang mengancam jiwa. Sejak akhir tahun delapan puluhan S. aurew kembali menjadi salah satu penyebab infek nosokomial yang penting . Strain S. aureus yang diisolasi dan infek nosokomial, hampir 30% merupakan methicillin-resistant S. aureus (MRSA). Sifat resistensi terhadap metisilin ini disertai dengan resistensi terhadap isoksazolilpenisilin, sefalosporin, dan karhapenem, didasari oleh terdapatnya protein pengikar-penisilin tambahan yang disebut PBPs-2a, suatu produk dart gen-mec yang rerdapat pada transposon. PBPs-2a ini mempunyai afinitas yang rendah terhadap anti biotika beta-laktam. Sebagian besar MRSA mengembangkan resistensi terhadap antibiotika yang tidak .segolongan dengan men dapatkan determinan resislensi tambahan atau dan mutasi yang rnerubah tempat sasaran untuk antibiotika. MRSA berkembang dan menyebar ke seluruh dunia dan menjadi masalah di rumah sakit oleh karena mudah menyebar dan sulit untuk dikendalikan. Dewasa ini insiden MRSA di rumah sakit besar semakin meningkat. Mereka terurama menghuni area yang menggunakan antibiotika sangat tinggi, misalnya, unit-unit rawat intensif ICU mempunyai peranan khusus dalam penyebaran strain ini di rumah sakit. Antibiotika golongan glikopeprida, vankomisin dan teikoplanin merupakan obat pilihan yang efektif terhadap infeksi yang disebabkan oleh MRSA, Pada sebagian besar strain ini sampai saat ini belum banyak dilaporkan adanya resistensi. Meskipun demikian perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya penyebaran gen resistensi yang dapat dipindahkan ke strain MRSA dan strain enterokokus yang resisten terhadap vankomisin (VRE), yang sering menyerrai stafilokokus di dalam rumah sakit.
Since the late 1980s Gram-positive bacteria came back as predominant etiological agents of nosocomial infections. Among the important Gram-positive organisms is Staphylococcus aureus. S. aureus is a pathogen that can cause a wide variety of diseases ranging from localised wound infection to life-threatening systemic diseases. Up to 30% of S. aureus strain isolated from nosocomial infections are Methicillin-resistant S. aureus (MRSA). Resistance to methicillin in S. aureus with a cross-resistance to isoxazolylpenicillin, cephalosporin, and carbapenem is based on the possesion of an additional penicillin-binding proteins (PBPs) 2a, which have a low affinity for beta-lactam antibiotics and is determined by the mec-gene on Iransposon. In most cases MRSA are multiply resistant to a number of unrelated class of antimicrobial agents by acquisition of additional resistance determinants or of mutation which affect the target sites. MRSA developed and spread globally, since then become a great clinical problems and are d to manage and control. In the large teaching hospitals, the current incidence of MRSA is even higher. They reside mainly in areas of high antibiotics pressure such as intensive care units. ICUs can play a special role in intrahospital spread of MPSA. To date for infections caused by MPSA, the glycopeptides, vancomycin and teicoplanin, remain the drug of choice. Fortunately, vancomycin resistance has not been observed in most majority of S. aureus, although there is considerable concern about this eventually because of the possible spread of resistance genes, which could be transfered from vancomycin-resistent Enterococcus (VRE) a fellow traveler within the hospital.